oleh: Hendra Laksana Putra
Ketika sebuah cerita ku sampaikan kepadamu,
apakah kau dengar?
Telingamu bukan satu-satunya pendengaran
Aku harap kau mendengar dengan hatimu
apakah kau dengar?
Telingamu bukan satu-satunya pendengaran
Aku harap kau mendengar dengan hatimu
Adinda,
Sepi ini sudah terlalu lama
Bukan karena kau tak ada
Tapi kenapa hanya raga yang kau persilahkan untuk kudekap
Tak bolehkah lebih?
Sepi ini sudah terlalu lama
Bukan karena kau tak ada
Tapi kenapa hanya raga yang kau persilahkan untuk kudekap
Tak bolehkah lebih?
Jika memang batas-batas yang telah kau ceritakan lewat tatap matamu,
tak mengartikan restu untukku
Tak apa kau lekas berucap selamat tinggal padaku
Aku hanya tak ingin diantara kita ada selat semu
Yang mengusirku jika tinggal dan merindukanku jika pulang
tak mengartikan restu untukku
Tak apa kau lekas berucap selamat tinggal padaku
Aku hanya tak ingin diantara kita ada selat semu
Yang mengusirku jika tinggal dan merindukanku jika pulang
Adinda,
Tak mengapa ceritamu tetap terbiar
Aku pun tak akan sanggup menghapusnya
Aku hanya ingin melihat bahagiamu
Jika sudah,
aku akan pergi dan mengais kebahagian yang baru
Tak mengapa ceritamu tetap terbiar
Aku pun tak akan sanggup menghapusnya
Aku hanya ingin melihat bahagiamu
Jika sudah,
aku akan pergi dan mengais kebahagian yang baru