Oleh: Hendra Laksana Putra
sumber gambar: https://kai.id/
Saya adalah salah satu pengguna jasa Kereta Api
Indonesia (KAI), terutama Kereta Malioboro Express. Hal ini berawal ketika saya
mulai kuliah di UGM Yogyakarta.
Pertengahan tahun 2014, saya mulai menjadi mahasiswa
di UGM. Karena saya berasal dari Tulungagung, tentunya sangat membutuhkan
transportasi darat yang aman dan nyaman. Pada tahun pertama saya kuliah di
Yogyakarta, saya lebih sering menggunakan bus ketika pulang kampung ke
Tulungagung. Demikian juga ketika saya kembali lagi ke Yogyakarta. Waktu itu tarif
bus sekitar 55 ribu rupiah untuk satu kali perjalanan. Tetapi harus ganti bus 2
kali di Brakan, Kertosono. Saya rasa hal ini cukup mengkhawatirkan dari segi
keselamatan dan keamanan. Terlebih saya harus selalu mengenakan masker ketika
naik bus. Maklum saja, AC bus dan aromanya tidak bisa berkompromi dengan tubuh
saya. Sehingga ketika menaiki bus tujuan Yogyakarta, hanya ada satu kegiatan
yang saya lakukan. Tak ada yang lain, kecuali tidur bersama masker sambil
menahan mabuk perjalanan. Tahukan perjalanan Tulungagung-Yogyakarta butuh
berapa jam? Dengan bus malam, paling cepat 6 jam perjalanan. Tetapi ketika
siang hari saya pernah mengalami perjalanan hampir 12 jam. Selain karena macet,
bus yang saya naikki berhenti sangat lama di beberapa terminal.
Di tahun kedua kuliah saya, kereta api menjadi salah
satu pilihannya. Ketika pertama kali mencoba naik Kereta Malioboro Express,
saya tercengang dengan harga tiketnya. Untuk kelas ekonomi dengan harga
termurahnya, sekitar 140 ribu rupiah. Harga yang sangat mahal jika dibandingkan
dengan pengalaman saya selama hampir setahun dengan bus jurusan Yogyakarta.
Tetapi ketika menikmati perjalanan pertama saya menggunakan jasa KAI itu,
ternyata harga tersebut sangat sebanding. AC-nya cukup bisa berkompromi dengan
tubuh saya. Pun juga hampir selalu tepat waktu. Keterlambatan kereta yang
pernah saya alami, baru satu kali.
Awal tahun 2017 ini, KAI menambah jalur kereta
Kahuripan sehingga melewati Tulungagung. Harganya lebih murah, sekitar 80-an
ribu rupiah saja. Tetapi di sana fasilitasnya agak kurang jika dibandingkan
Malioboro Express. Ditambah jadwalnya tidak terlalu baik. Pukul 2:52 dini hari
keberangkatan dari Yogyakarta. Dan saya pernah ketinggalan sekali. Waktu itu
kereta berjalan tepat di depan mata saya. Bye
… bye …
Beberapa hal di atas mungkin dapat menjadi
pertimbangan jika ingin bertransportasi di jalur darat. Kereta api bisa jadi
pilihan yang tepat. Keselamatan, keamanan, dan kenyamanannya kian meningkat.
Selain itu pemandangan di sepanjang perjalanannya lebih mirip berwisata
daripada berkendara. Mungkin hal ini perlu lebih diperhatikan lagi. Siapa tahu
kedepannya KAI bukan hanya sarana transportasi, tetapi juga sebagai salah satu
pilihan wisata alam yang mampu mengedukasi.
-ooo-
Beberapa hal yang ingin saya sampaikan tentang KAI,
yaitu terkait keselamatan, keamanan, dan kenyamanannya. Menurut saya ketiga hal
ini sangat penting sekaligus menjadi bahan pertimbangan yang paling dinamis.
Hal ini disebabkan karena ketiga hal tersebut sangat berkaitan dengan konsumen,
pengguna jasa KAI. Dimana globalisasi telah membuat gaya hidup banyak orang
lebih sering berganti. Pun dengan tuntutannya terhadap fasilitas umum, termasuk
kereta api.
Keselamatan dalam perjalanan kereta api di Indonesia sudah
cukup baik. Tetapi ada beberapa hal yang membuat saya masih risau. Seperti
ketika kereta akan berangkat, tak ada pemantauan apakah setiap orang telah
menempati kursinya masing-masing. Ada yang masih berdiri dan sibuk dengan
barang-barang bawaannya. Dan yang lebih parah lagi, orang yang buru-buru karena
baru tiba di stasiun diminta lari dan segera memasuki gerbong kereta yang sudah
berjalan. Walaupun kereta masih berjalan dengan kecepatan 1 km/jam sekalipun,
ini bukan perilaku yang aman. Jika hal semacam ini masih dibudayakan, jelas
sekali bahwa faktor keselamatan di KAI dinomor duakan. Hal ini sebenarnya masih
memerlukan pengkajian lebih lanjut. Pasalnya pola keberangkatan penumpang pun
masih banyak yang tidak tiba di awal waktu sebelum keberangkatan kereta api.
Kejadian yang lain adalah sebuah kejadian yang pernah
saya alami sendiri beberapa bulan yang lalu. Ya, saya melompat dari gerbong
yang sudah berjalan. Waktu itu saya baru terbangun dari tidur, tetapi kereta
baru saja berjalan meninggalkan stasiun tujuan saya. Dengan kepanikan saya
membuka kunci pintu gerbong kereta dan langsung melompat. Perasaan saya kereta
masih berjalan sangat pelan. Tetapi ternyata luka yang saya alami waktu itu
yang membuktikan bahwa ternyata kecepatan kereta sudah rumayan.
Kejadian ini bisa dibilang adalah kesalahan saya
sepenuhnya. Saya akui itu. Tetapi pihak KAI tentunya harus mempersiapkan solusi
terkait hal ini. Selepas kejadian itu, saya berpikir tentang pengunci pintu
gerbong yang terpusat. Sehingga tak ada yang bisa membuka pintu gerbong selain
kendali di gerbong pusat. Hal ini juga terkait kemanan penumpang yang
kondisinya sedang tidak normal. Seperti ketika saya baru bangun tidur tadi.
Inovasi ini sangat bermanfaat. Selain keselamatan dan keamanan dari penumpang
kereta semakin terjamin, desain dan fitur pintu-pintu gerbong kereta akan lebih
baru dan modern. Karena tidak mungkin masih menggunakan pintu yang lama bukan?
Terkait keamanan di stasiun maupun di dalam gerbong,
KAI sepertinya sudah memaksimalkannya dengan meniadakan penjual asongan,
pengamen, maupun pengantar yang tidak diperkenankan masuk ke ruang tunggu.
Tetapi saya pernah mendapati ada kereta lewat di Stasiun Lempuyangan dengan
membawa banyak penumpang berdesakan dengan posisi berdiri. Seperti kereta
Pramek. Hal ini mungkin bisa lebih dikondisikan. Mungkin harganya sangat murah,
tetapi keselamatan dan keamanan penumpang bukan untuk ditukar dengan rupiah.
Walaupun mungkin harga yang murah masih menjadi bahan pertimbangan kebanyakan
penumpang kelas menengah.
Faktor terakhir yang paling dinamis adalah kenyamanan.
Terkait kenyamanan, KAI sudah sangat menyesuaikan dengan harga-harga tiket di masing-masing
kelasnya. Tetapi ada beberapa hal yang ingin saya tawarkan. Dan semoga dapat dijadikan
pertimbangan. Syukur jika segera
diterapkan. Beberapa hal tersebut antara lain:
1.
Terdapat
pemberitahuan online kepada penumpang
secara individu sebelum keberangkatan. Hal ini juga bisa diterapkan di waktu
setelah keberangkatan seperti ucapan terimakasih dan sejenisnya.
Zaman
sekarang akses internet sangat mudah. Semuanya serba online. Tujuan utama pemberitahuan ini adalah untuk mengingatkan
keberangkatan konsumen. 1 atau 2 jam sebelum keberangkatan disarankan untuk
segera bergegas berangkat. Paling sederhana dapat berupa SMS atau auto-calling. Perangkat pendukung pada
OS Android sepertinya menjadi salah satu yang paling diminati. Dengan begitu
konsumen akan merasa lebih diperhatikan. Pun dapat mengantisipasi jika ada
kelupaan jam keberangkatan atau keteledoran konsumen lainnya.
Selain
itu KAI menjadi memiliki kesan baik. Pelayanan meningkat, kenyamanan
konsumenpun semakin memikat.
2.
Renovasi stasiun
harus tetap mempertahankan ciri khas bangunan dan aksesoris kunonya.
Entah
kenapa keadaan-keadaan stasiun kereta api kebanyakan masih terkesan kuno.
Peninggalan penjajahan masih dipertahankan. Kesan klasik menjadi salah satu
kekuatan dari KAI. Tetapi saya menjumpai beberapa renovasi di beberapa stasiun.
Saya harap renovasi itu hanya untuk memperbaiki kualitas dan fungsi stasiun.
Dan tak sampai mengganti kesan klasik dari stasiun itu sendiri.
Dan
satu lagi terkait pemesanan tiket langsung (off-line).
Pada pemesanan tersebut entah kenapa pelayanannya masih sangat kurang. Hal ini
pernah saya alami sekali di Stasiun Tulungagung. Pelayan hanya 2 orang, sering
ditinggal, dan antrian sampai tumpah-tumpah. Semoga kedepannya bisa semakin
baik. Karena pemesanan tiket online
tak selamanya efektif. Terutama bagi sebagian masyarakat yang masih asing
dengan jejaring sosial. Atau bisa juga ketika ingin memesan tiket dadakan.
3.
Ada kerjasama
antara KAI dengan daerah sekitar rel-rel yang dilewati gebong kereta, sehingga
nilai kenyawanan wisata dalam bertransportasi semakin kuat melekat sebagai ciri
khas kereta api di Indonesia.
Salah
satu yang membuat perjalanan dengan kereta api semakin menawan adalah
pemandangan di sekitar rel-rel yang dilewati. Kadangkala ada sawah, beberapa
bukit dan hutan, dan tak jarang pengguna kereta api juga menikmati kemacetan
kendaraan di jalanan. Entah kenapa saya termasuk salah satu yang sangat
menikmati hal ini. Dalam perjalanan saya bak wisatawan.
Semoga saja
ada pengelolaan dari KAI terkakit hal ini. Entah berupa kerjasama atau
negosiasi sejenisnya agar area sekitar rel-rel kereta dipertahankan untuk cuci
mata. Selain itu mungkin juga sangat bermanfaat untuk penghijauan di tengah
padatnya pertumbuhan bangunan.
Saat ini kereta api mungkin menjadi salah satu
transportasi darat terbaik. Kualitas dan kuantitasnya semakin mumpuni. Faktor
keselamatan, keamanan, dan kenyamanan terus ditingkatkan. Semoga selalu
mengikuti perkembangan teknologi dan gaya hidup masyarakatnya. Dan cepatnya
perubahan zaman tak menjadikan KAI ketinggalan zaman. Pun juga tetap menjaga
kearifan lokal sebagai manusia Indonesia.
Keselamatan, keamanan, dan kenyamanan adalah tentang
pelayanan. Pelayanan terbaik dari KAI, adalah yang paling dicari.
Sleman, 30 September 2017