Senin, 01 Agustus 2016

Pecundang di Hari Minggu

By : Hendra Laksana Putra
sumber gambar : falahbilayudha.blogspot.com


Hari Minggu membuat udara – udara di sekelilingku menari
Lebih indah dari hari biasa
Lebih ramai dari teriakan rintik hujan yang sekejap hadir kali ini
Aku bisa tahu semua itu
Aku bisa merasakan detak waktu
Tapi aku tak bisa hadir

Ku mendengar gesekkan gerinda melukai besi berkarat itu
Ku mendengar suara wanita meneriaki anak kecil yang dikata nakal
Ku mendengar banyak kehadiran sekaligus kepergian karena petang datang
Tapi kedua mataku memejam atas mereka

Aku enggan melangkah
Enggan beranjak dari singgasana yang mampu menerbangkanku kemanapun gelap mengizinkan
Suara – suara itu bagai perisai batin
Menjagaku, menemaniku
Dan mengurungku di tempat ini (ku rasa)
Aku hanya bercakap dengan cerita – cerita fiktif dari negeri sakura
Dengan pertemuan, pertempuran, dan perpisahan yang sering kali tidak ku ketahui sebabnya
Mungkin aku tak mau tahu

Aku memang pengecut
Pecundang, terlahir sebagai orang yang menikmati hidup sendiri
Tak pernah membagi apapun kepada hari – hari yang selalu menemani
Bahkan ku tak pernah membagi luka di Hari Minggu ini
Aku mengorbankan rindu ini
Menyayat ragaku sendiri
Demi menuruti kemunafikan yang entah kapan akan berhenti


@Kamar Kos (Minggu, 31 Juli 2016)

0 komentar:

Posting Komentar

 

Look & See

TERIMAKASIH

Selamat menikmati. Jangan ragu memberi komentar, karena dari cermin orang lain kita melihat hal yang selama ini tersembunyi menghalangi kita berdiri.

About

It's about US
semua tulisan di blog ini merupakan karya saya sendiri, Hendra Laksana Putra. Jika ada yang bukan dari saya, sebisa mungkin saya sertakan sumbernya. Mohon untuk di koreksi yaaaa . . . . Terimakasih. Don't forget to be happy . . . .