By : Hendra
Laksana Putra
sumber gambar : falahbilayudha.blogspot.com
Hari Minggu membuat udara – udara di sekelilingku menari
Lebih indah dari hari biasa
Lebih ramai dari teriakan rintik hujan yang sekejap hadir
kali ini
Aku bisa tahu semua itu
Tapi aku tak bisa hadir
Ku mendengar gesekkan gerinda melukai besi berkarat itu
Ku mendengar suara wanita meneriaki anak kecil yang dikata
nakal
Ku mendengar banyak kehadiran sekaligus kepergian karena
petang datang
Tapi kedua mataku memejam atas mereka
Aku enggan melangkah
Enggan beranjak dari singgasana yang mampu menerbangkanku
kemanapun gelap mengizinkan
Suara – suara itu bagai perisai batin
Menjagaku, menemaniku
Dan mengurungku di tempat ini (ku rasa)
Aku hanya bercakap dengan cerita – cerita fiktif dari negeri
sakura
Dengan pertemuan, pertempuran, dan perpisahan yang sering
kali tidak ku ketahui sebabnya
Mungkin aku tak mau tahu
Aku memang pengecut
Pecundang, terlahir sebagai orang yang menikmati hidup
sendiri
Tak pernah membagi apapun kepada hari – hari yang selalu
menemani
Bahkan ku tak pernah membagi luka di Hari Minggu ini
Aku mengorbankan rindu ini
Menyayat ragaku sendiri
Demi menuruti kemunafikan yang entah kapan akan berhenti
@Kamar Kos (Minggu, 31 Juli
2016)
0 komentar:
Posting Komentar