by : Hendra Laksana Putra
Ketika ku kau datangkan
Berlian – berlian suci menetes memenuhi samudera asa
Cinta lahir
Cinta kau jaga
Cinta kau impikan tuk terbang semakin tinggi
Lebih tinggi dari angan
Kini ku telah berdiri pada setapak langkah menuju
titipan rindu
Kini ku telah sampai pada sejengkal jemari lembut
Yang pernah selalu kau belai dalam do’a untuk bisa
menggenggam dunia
Penuh cinta dan kedamaian
Tapi cinta
Do’a yang kau pintakan selalu setiap waktu
Kepada Dzat yang menghadirkanku untukmu
Mungkinkah menjadi semakin pipih
Atau langkahku yang tak lurus lagi
Atau mungkin jemari ini tak bisa menepuk emas permata
Atau . . . .
Tenanglah cinta
Cahaya yang kau titipkan
Masih terjaga
Tak kan ku biarkan musang – musang itu
Aku masih percaya panjat do’amu tak mungkin terkikis
Tapi aku ragu jikalau aku akan ingkar tanpa sadar
Sampai di tempat aku berpijak saat ini
Belum ada satupun cahaya
Mampu ku
kembalikan
Untuk meneduhkan terik siangmu
Untuk menerangi gelap malamu
Bila ku terlambat untuk menjadi salah satu kejora yang
kau damba
Tetaplah beri aku harapan
Aku tak secepat cheetah
Nantikanlah
Janjiku yang selalu ku teteskan di relung terdalam
Di sanubari yang kau jaga untukku
Tak kan tersumbat bahkan rembulan
Ma’afkan aku membuatmu terduduk terlalu lama
Ma’afkan aku menghadirkanmu dalam mesin waktu
Yang berjalan tak secepat waktu
Percayalah aku akan datang kembali
Membawa cahaya yang pernah kau titipkan
“Untuk
Bapak dan Ibu yang selalu menungguku, walau tak terucap”
12
Maret 2015
0 komentar:
Posting Komentar