by : Hendra Laksana Putra
Sumber gambar : exellentprivate.com
Kkkkkrrrrrrrrrrrriiiiiiiiiiiiinnnnnnnnnnnnnnggggggggggg………………………
Suara dering bel sebuah rumah berbunyi. Bel yang sengaja ku pencet, karena aku
tiba disebuah rumah yang belum pernah ku datangi sebelumnya. Rumah yang bagus
dengan lampu yang menyala seperti mau tidur. 3 kali bel berbunyi baru lah ada
suara orang yang membuka pintu. Seorang laki-laki bersarung menyapaku, “ Cari
siapa mas..?” tanyanya dengan nada seperti orang yang belum kenal. Ya… kami
memang belum kenal. Setelah sedikit berbincang diapun masuk ke dalam rumah. Di
depan pintu, berdiri, dan menunggu datangnya ia kembali. Beberapa menit
kemudian dia membuka pintu lagi
dan mempersilahkan saya masuk dan berbalik sambil mempersilahkan
saya duduk di sana. Tak lama berselang muncul seorang anak dengan kotak pensil
di tangan kanannya yang datang dan langsung memperkenalkan dirinya, “ Saya
Nauval.” “ Saya Hendra,” jawab saya. Sepertinya dia anak yang pemalu. Pertama
melihatnya saya agak kaget karena dia tidak seperti anak kelas 1 SMA, dia lebih
mirip anak SD, batin saya. Diapun duduk, kami berbincang-bincang dan saling
tahu banyak hal tentang kami. Dia memang masih anak-anak, tapi dialah ternyata
anak yang akan saya ajar privat dan itu adalah pengalaman pertama bagi saya.
Matematika. Itulah materi yang akan saya bawakan kepadanya.
Mulai dengan persamaan linier dan berujung dengan persamaan linier pula. Dia
ternyata tidak begitu pemalu ketika dengan orang yang sudah dikenalnya.
Bercerita banyak kesana kemari sampai lupa materi apa yang sedang dibahas waktu
itu. Di secarik kertas ku tulis beberapa soal dan dia banyak yang tidak
dikerjakan, entah dia sudah bisa dan malas mengerjakannya atau memang dia belum
bisa dan tidak ingin mengerjakannya. 2 lembar kertas hampir penuh dengan
tulisan angka dan sedikit huruf, dia malah meminta untuk mebuat sesuatu dari
kertas-kertas itu. Awalnya ingin membuat pesawat-pesawatan, tapi saya member
tawan untuk membuat perahu, dan akhirnya kamipun membuat perahu. Dia hanya
ingin bermain atau sedang tidak ingin belajar. Entahlah, yang pasti kami
tertawa bersama-sama.
Banyak cerita 90% diluar materi, mulai dari film SpongeBob,
tempat tinggal saya, masalah perkuliahan saya sampai hal-hal konyol lain yang
seharusnya tidak ada. Tapi bagi saya dia bahagia dalam belajarnya.
Ternyata jam sudah menunjukkan pukul 20.30 dan saya harus segera
mengakhiri pertemuan hari itu. Saya meminta Nauval untuk memanggil orang tuanya
sebelum pulang. Datanglah seorang laki-laki yang lebih tua dari laki-laki
bersarung tadi. Ternyata itu adalah ayahnya Nauval. Kami bercakap-cakap tentang
Nauval saat itu dan dia di antara kami tentunya. Banyak hal yang kami
bicarakan. Tentang nilai ulangan, materi, sampai masuk kuliah jalur undangan.
Dan bla bla bla……… ayahnya terlalu menuntut Nauval untuk mendapat nilai
sempurna, baik terus dan semuanya. Dan sepertinya anak ini juga kurang
bersosial dirumah. Dia hanya ditemani kedua orang tua dan pembantunya. Dia
butuh teman belajar, bermain, dan yang bisa diajak tertawa bersama. Hal-hal
seperti itu mungkin sangat mahal baginya. Terkadang terlintas di pikiran saya
juga bahwa saya harus lebih mensyukuri keadaan saat ini dan yang lalu, apapun
itu. Dia punya banyak hal yang tidak saya miliki, tapi mungkin saya memiliki
sedikit hal yang sangat berarti dan sulit baginya untuk merasakannya.
Minggu depan aku akan datang kembali lagi. Dan akan kembali
menemanimu sampai kita memang harus sudah mengakhirinya karena waktu.
12 – 11 – 2014
Kentungan Jogja
"Dulu . . . ."
0 komentar:
Posting Komentar